Be A Khoir Person I _bintuharis_
"لا راحة إلا في الجنّة"
Kamis, 18 April 2024
Selasa, 12 Maret 2024
Catatan Hari Pertama di Bulan Ramadhan
🌙Ramadhan adalah Madrasah🌙
Allah Taala berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS Al-Baqarah ayat 185)
Nabi Sallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Islam dibangun atas lima (rukun); Bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan haji ke Baitullah.”
Ia adalah Bulan Ramadhan, sebuah bulan yang bisa dijadikan sebuah madrasah, yakni tempat yang mendidik kita untuk mempelajari apa itu makna menahan hawa nafsu dan bersabar dalam ketaatan.
Kalau pada hari-hari biasa di bulan-bulan biasanya menahan hawa nafsu dan menjaga kesabaran adalah sesuatu yang cukup berat dilakukan, namun di bulan ini seberat apapun keduanya maka perasaan untuk melawannya harus dilampaui.
Orang-orang yang lulus dari madrasah ini mudah-mudahan diharapkan bisa menjadi hamba-hamba terbaik setelah bulan ini.
Wallahu A'lam Bisshawwab.
Sst.. Ceritanya sama Allah saja
Dari jutaan bahagia dan kesedihan, pasti kerap terasa ingin membaginya pada sesama.
Bahagia, agar mereka yang mendengar ikut bahagia akan nikmat yang kita dapatkan. Sebagaimana firman Allah, “Adapun kenikmatan maka bicarakanlah.”
Kesedihan, agar mereka yang mendengar ikut menyemangati kita agar memperluas rasa sabar.
Padahal, banyak sudut pandang yang perlu kita pikirkan sebelum bercerita dan berbicara.
Tidak semua memberikan tanggapan yang kita harapkan, bahkan tak jarang tanggapannya berbuah dosa karena sebuah iri dan dengki.
Maka berceritanya sama Allah saja.
Wallahu A'lam Bisshawwab
Jumat, 08 Desember 2023
Mengapa Harus Beramal?
Setiap orang yang beriman, meyakini bahwa Agama Islam dibangun atas enam pondasi Rukun Iman. Di antaranya adalah:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab-Kitab
4. Iman kepada Para Rasul
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Takdir yang Baik dan yang Buruk
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 177:
﴿لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ
تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ
آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ﴾
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi.”
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surat Al-Qamar ayat 49:
﴿إِنَّا
كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾
“Sesungguhnya segala
sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.”
Merenunglah, Sungguh kau tak perlu sakit hati dengan ucapannya:)
Ada sosok perempuan yang begitu baik hati, selalu jujur perkataannya, selalu mendukung kebaikan nasehatnya.
Tapi diri ini sering sekali menjadi diam dan menangis karena nasehatnya. Bukan, sungguh bukan karena sakit hati.
Tapi lebih kepada, “sadar diri”. Bahwa tiap nasehatnya benar, dan setiap kelalaian diri adalah salah.
Lebih kepada, “diam untuk merenung dan berpikir” setelah sekian lama, terlalu percaya diri akan kebaikan diri (innaalillahi).
Tapi manusia, akan tetap menjadi manusia. Punya rasa “gundah” sebelum rasa “menerima”. Punya rasa “sempit hati” sebelum “hati yang luas”.
Namun lagi-lagi sikap dan tanggapan membangun sebuah presepsi , bahwa diri ini membenci setiap ucapannya. Sungguh tidak pernah ada rasa benci itu. Karena hanya orang tak berakal yang marah karena “kebaikan yang diharapkan untuk dirinya”.
Tulisan ini untukku yang menulis. Agar aku tak lupa dan tak bersembunyi di dalam kata “terluka”. Karena sesungguhnya tidak ada luka apapun.
Untukku dan untukmu pengajar,
[Sebuah Wasiat]
وصية عتبة بن أبي سفيان لمؤدب ولده:
Wasiat Utbah Bin Abi Sufyan kepada Pengajar Anaknya:
قال عتبة بن أبي سفيان لعبد الصمد مؤدب ولده:
Telah berkata Utbah Bin Abi Sufyan Kepada Abdusshomad (Pengajar anaknya):
“ليكن أول ما تبدأ به من إصلاحك بَنِيَّ إصلاحك نفسك..
Langkah pertama yang hendaknya engkau lakukan dalam mendidik anakku adalah *perbaiki dulu diri (engkau)*..
فإن أعينهم معقودة بعينك،
Karena *semua mata mereka akan selalu tertuju kepada engkau*,
فالحسن عندهم ما استحسنت،
*Hal yang baik menurut mereka adalah yang engkau lakukan*,
والقبيح عندهم ما استقبحت.
Dan *hal jelek menurut mereka adalah apa yang engkau tinggalkan*
علِّمْهم كتاب الله،
Ajarkanlah mereka (anak didikmu) *Al-Quran*,
ولا تكرههم عليه فيَمَلُّوه،
Tapi jangan paksa mereka (dengan berlebihan) sehingga menyebabkan *mereka bosan*,
ولا تتركهم منه فيهجروه.
Tapi jangan juga membiarkan mereka sehingga mereka *meninggalkan Al-Quran*.”
[Kitab Al-Bayan wa-Tibyan dan Kitab yang lainya] www.alukah.net/social/0/79548/#ixzz4YxbGY89D
Pelajaran yang bisa kita ambil dari perkataan ini:
- Kita adalah qudwah hasanah bagi anak didik kita.
- Anak didik kita melakukan apa-apa yang kita lakukan, karena mereka memandang apa yang kita lakukan adalah hal baik. Maka kita harus menghisab diri kita, apakah setiap perbuatan kita sudah baik hingga pantas untuk dicontoh oleh anak-anak?
- Anak didik kita meninggalkan apa-apa yang kita tinggalkan, karena mereka memandang apa yang kita tinggalkan adalah hal buruk. Maka kita harus menghisab diri kita, apakah setiap perbuatan buruk sudah kita tinggalkan sehingga anak-anak pun bergerak meninggalkannya?
- Jadilah pengajar Al-Quran yang membuat anak-anak membaca dan menghafal Al Quran dengan nikmat. Cari banyak metode untuk mengajarkan Al-Quran pada mereka agar tidak cepat bosan.
- Jadilah pengajar Al-Quran yang berprinsip, tidak bermudah-mudah dalam mengajarkan Al-Quran sehingga anak-anak menyepelekannya.
Wallahu A’lam Bisshawwab
Selasa, 08 November 2022
Tanyakan, “Apakah hidupmu di dunia ini untuk Allah?”
Apa pencapaian terbesarmu dalam hidup ini?
Apakah lulus
dari sekolah dengan peringkat pertama?
Apakah menikah
dengan lelaki idaman nan sholeh?
Apakah
dengan keliling dunia mengunjungi tiap tiap negara hebat?
Kalau ini
semua tujuan dan pencapaian terbesarmu, maka ketahuilah..
Bahwa dunia
tak begitu lama untuk dijadikan tempat menikmati ini semua..
Dunia adalah
tempatnya seorang yang beriman diuji dan dicoba..
Akankah
dengan kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepadanya ia mampu bersyukur?
Akankah
dengan kesengsaraan yang diberikan Allah kepadanya ia mampu bersabar?
Seandainya
keimanan pada Allah sudah begitu kuat dipupuk,
Maka tak akan
ada lagi kesombongan yang muncul kala kemasyhuran dan kekayaan itu didapati
dalam diri.
Seandainya
keimanan pada Allah sudah begitu kuat dipertahankan,
Maka tak
akan ada lagi putus asa yang muncul kala musibah dan cobaan itu dirasakan dalam
diri.
Wallahu A’lam
Bisshawwab
-Hamba Fakir
Allah
Kamis, 28 April 2022
A Letter For Me
Jumat, 31 Desember 2021
'Sakit Membuatku Sadar'
Senin, 10 Mei 2021
Kumpulan Dzikir
Minggu, 09 Mei 2021
Bulan Ramadhan Akan Segera Berlalu..
-
بسم الله الرحمن الرحيم Karya DR V Abdurrahim Bin Abdussubhan kitab “Durusul Lughoh Al-Arabiyyah Li Ghairi Naatiqiina Bihaa” Ditulis ol...
-
Pesan dariku yang masih terus belajar, Untuk diriku yang harus terus belajar… Hasan Al Bashri mengatakan: ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم...